MAN 3 MAGETAN

Institusi Pendidikan Terpadu Dengan Kurikulum Yang Integratif

MAN 3 Magetan Sebuah Institusi Pendidikan Terpadu Dengan Kurikulum Yang Integratif.

Di kalangan pendidikan non formal sangat terkenal kaidah fikih yang berbunyi “al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah”. Kaidah ini secara singkat menjelaskan bahwa dalam perjalanan kebudayaan, seorang manusia harus mampu mempertahankan kebudayaan yang baik dan mampu menyerap kebudayaan (lain) yang lebih baik. Dalam konteks pendidikan, seorang pendidik tidak bijak rasanya jika latah mengambil metode pendidikan yang baru tanpa menganalisa sama sekali keadaan lingkungan, sekaligus  kaku dan bersifat kolot menganggap seolah-olah zaman itu bersikap stagnan dan tidak berubah sama sekali. Sebab dalam filsafat ilmu salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah dinamis tidak statis. Oleh sebab itu yang namanya ilmu pengetahuan tidak kebal terhadap kritik. Die harus diuji dalam landasan yang ilmiah. Selain itu Sayyidina Ali bin Abi Thalib juga sudah mengingatkan jauh-jauh hari “didiklah anakmu sesuai zamannya, karena  mereka hidup di zamannya, bukan di zamanmu.

Sebagai bentuk dari implementasi dari kaidah tersebut maka diperlukan sebuah lingkungan pendidikan yang membawa nilai-nilai adiluhung sekaligus mampu menyerap arus modernisasi dengan. Sehingga secara singkat jika seorang siswa dapat dianalogikan dalam sebuah pohon, maka akar dari pohon tersebut adalah budaya adiluhung bangsa sementara, batang dan daunnya adalah modernisasi. Lingkungan yang di maksud adalah sebuah lingkungan yang integratif antara pendidikan modern dan pendidikan yang berbasis kultural.

 

Posisi Geografis MAN 3 Magetan.

MAN 3 Magetan sebagai salah satu institusi pendidikan tentu menyadari akan hal itu. Terletak di Desa Turi, Kec. Panekan, MAN 3 Magetan sangat potensial membangun lingkungan pendidikan yang integratif dan terpadu. Hal ini cukup beralasan mengingat bahwa madrasah tersebut terletak dalam satu lingkungan dengan MIN 15 Magetan, dan MTsN 5 Magetan. Masing-masing dari madrasah tersebut secara geografis terletak tepat di sebelah barat MAN 3 Magetan. Selain itu posisi MAN 3 Magetan juga diuntungkan dengan adanya kampung Joso, di dalam kampung tersebut setidaknya ada empat pondok yang aktif, mereka adalah: Sabilut Thahirin, Miftahu Nurul Huda, Raudhatul Quran, dan Pedang Songo. Banyak siswa dan siswi dari madrasah tersebut yang menjalani dua peran sekaligus, pertama menjadi peserta didik pendidikan modern, kedua menjadi santri. Dari sini kemudian dapat disimpulkan bahwa MAN 3 Magetan memiliki iklim akademik selama 24 jam, di mana di siang hari iklim akademik modern formal sementara di malam hari iklim akademik pesantren salaf.

 

MAN 3 Magetan: Institusi Pendidikan Terpadu Dengan Kurikulum Yang Integratif

Melihat potensi tersebut maka tidak mengherankan bila kemudian kepala kementerian agama Kabupaten Magetan, Taufiqurrahman akhirnya memutuskan untuk membuat madrasah terpadu antara MIN 15 Magetan, MTsN 5 Magetan, dan MAN 3 Magetan. Keuntungan dari sistem pendidikan formal terpadu ini adalah pemantauan perkembangan siswa menjadi lebih teliti, selain itu juga memungkinkan menciptakan kurikulum yang kolaboratif dan sustainable antara ketiga lembaga tersebut terutama dalam penguatan moderasi beragama.  Siswa yang masuk MIN 15 Magetan tentu sangat ideal jika  mereka melanjutkan studinya ke MTsN 5 Magetan lalu ke MAN 3 Magetan.

Di sisi lain, pembangunan moderasi beragama juga didukung oleh lingkungan pesantren yang berada di Kampung Joso. Siswa-siswa yang menjalani dua peran sekaligus tentu sangat potensial menjadi ulama-ulama masa depan, ditambah lagi dengan keputusan Taufiqurrahman untuk memasukkan pembelajaran kitab kuning ke dalam kurikulum madrasah. Hal senada juga pernah diucapkan oleh Husnul Maram dalam pidatonya di MAN 3 Magetan. Baginya pembangunan karakter siswa di madrasah harus dilandasi oleh ajaran-ajaran ulama salaf, lebih spesifiknya beliau mengatakan tidak salahnya jika siswa madrasah diajarkan kitab ta’limul muta’alim.

Basuki Prihatin sebagai kepala madrasah menganggap bahwa keputusan dari kementerian agama Kabupaten Magetan, adalah sebuah angin segar untuk menjadikan MAN 3 Magetan sebagai institusi pendidikan yang membentuk siswa yang memiliki karakter salaf, namun memiliki pemikiran yang modern serta berwawasan global. Sementara itu Hamim Royani selaku waka kurikulum madrasah mengataka pembangunan akhlakul karimah di MAN 3 Magetan adalah berbasis salaf, oleh sebab itu MAN 3 Magetan memasukkan pembelajaran kitab kuning ke dalam kurikulum madrasah sejak tahun 2015, sedangkan pembangunan mindest dan wawasan siswa adalah melalui kurikulum yang ditawarkan pemerintah termasuk kurikulum merdeka. Sementara itu Sutarti (Kesiswaan) mengatakan bahwa dalam nuansa globalisasi dan dalam iklim kurikulum merdeka, adalah sebuah keniscayaan jika siswa itu memiliki tiga aspek penting dalam menghadapi perkembangan, aspek tersebut adalah : akhlakul karimah, berfikir saintifik, dan terampil sehingga idealnya setiap dari siswa MAN 3 Magetan haruslah mondok, utamanya di Kampung Joso. Hal ini penting agar mereka mampu menikmati iklim akademik selama 24 jam.

@ Muh. Affin Masrija